Pelvic Inflamation Desease (Penyakit Radang Panggul)
DEFINISI
Penyakit
Radang Panggul (Salpingitis, PID, Pelvic Inflammatory Disease)
adalah suatu peradangan pada tuba falopii (saluran menghubungkan indung
telur dengan rahim), ovarium maupun miometrium secara perkontiniutatum maupun
secara hematogen ataupun sebagai akibat hubungan seksual.
Peradangan
tuba falopii terutama terjadi pada wanita yang secara seksual aktif.
Resiko terutama ditemukan pada wanita yang memakai IUD. Biasanya peradangan menyerang kedua tuba. Infeksi bisa menyebar ke rongga perut dan menyebabkan peritonitis.
Resiko terutama ditemukan pada wanita yang memakai IUD. Biasanya peradangan menyerang kedua tuba. Infeksi bisa menyebar ke rongga perut dan menyebabkan peritonitis.
Serangan
penyakit PID yang parah atau yang berulang-ulang dapat menyebabkan luka/parut
(scarring) pada jaringan organ reproduksi, penumpukan abses, dan kerusakan pada
Tuba Falopi yang pada akhirnya menjadi penyebab ketidaksuburan pada wanita. Sekitar
20% wanita yang mengidap gejala penyakit PID berujung pada ketidaksuburan.
Penyakit PID juga secara signifikan telah meningkatkan resiko terjadinya Kehamilan Ektopik (Ectopic Pregnancy), yaitu janin berkembang atau diimplantasi bukan pada tempatnya di rahim tetapi di saluran Tuba Falopi. Tingkat keparahan dari infeksi (bukan pada jumlah banyaknya infeksi) menjadi resiko terbesar dari ketidaksuburan pada wanita.
Penyakit PID juga secara signifikan telah meningkatkan resiko terjadinya Kehamilan Ektopik (Ectopic Pregnancy), yaitu janin berkembang atau diimplantasi bukan pada tempatnya di rahim tetapi di saluran Tuba Falopi. Tingkat keparahan dari infeksi (bukan pada jumlah banyaknya infeksi) menjadi resiko terbesar dari ketidaksuburan pada wanita.
PENYEBAB
Peradangan
biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, dimana bakteri masuk melalui vagina
dan bergerak ke rahim lalu ke tuba falopii.
90-95% kasus PID disebabkan oleh bakteri yang juga menyebabkan
terjadinya penyakit menular seksual (misalnya klamidia, gonore, mikoplasma, stafilokokus,
streptokokus). Infeksi ini jarang terjadi sebelum siklus menstruasi pertama,
setelah menopause maupun selama kehamilan.
Penularan yang
utama terjadi melalui hubungan seksual, tetapi bakteri juga bisa masuk ke dalam
tubuh setelah prosedur kebidanan/kandungan (misalnya pemasangan IUD, persalinan,
keguguran, aborsi dan biopsi endometrium).
Mekanisme Infeksi
Menjalar saat menstruasi , persalinan dan
abortus, operasi ginekologi, disebabkan oleh bakteri. Gonorhoe, kuman-kuman
lain streptococcus, aerob, maupun yang anaerob stapylococus, Chlamydia,
mycoplasma, ureaplasma, virus, jamur, dan parasit.
Penyebab lainnya yang lebih jarang
terjadi adalah:
·
Aktinomikosis
(infeksi bakteri)
·
Skistosomiasis
(infeksi parasit)
·
Tuberkulosis.
·
Penyuntikan zat warna pada pemeriksaan rontgen
khusus.
Faktor resiko terjadinya PID:
Ø Aktivitas seksual pada masa remaja
Ø Berganti-ganti pasangan seksual
Ø Pernah menderita PID
Ø Pernah
menderita penyakit menular seksual
Ø Pemakaian
alat kontrasepsi yang bukan penghalang.
Ø Pemakaian
IUD yang terlalu lama
Ø Berbagai
tindakan medis intra uterin
GEJALA
Gejala
biasanya muncul segera setelah siklus menstruasi. Penderita merasakan nyeri
pada perut bagian bawah yang semakin memburuk dan disertai oleh mual atau muntah.
Biasanya infeksi akan menyumbat tuba falopii. Tuba yang tersumbat bisa
membengkak dan terisi cairan. Sebagai akibatnya bisa terjadi nyeri menahun,
perdarahan menstruasi yang tidak teratur dan kemandulan.
Infeksi
bisa menyebar ke struktur di sekitarnya, menyebabkan terbentuknya jaringan
parut dan perlengketan fibrosa yang abnormal diantara organ-organ perut serta
menyebabkan nyeri menahun.
Di
dalam tuba, ovarium maupun panggul bisa terbentuk abses (penimbunan
nanah).
Jika abses pecah dan nanah masuk ke rongga panggul, gejalanya segera memburuk dan penderita bisa mengalami syok. Lebih jauh lagi bisa terjadi penyebaran infeksi ke dalam darah sehingga terjadi sepsis.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan pada PID:
Jika abses pecah dan nanah masuk ke rongga panggul, gejalanya segera memburuk dan penderita bisa mengalami syok. Lebih jauh lagi bisa terjadi penyebaran infeksi ke dalam darah sehingga terjadi sepsis.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan pada PID:
ü Keluar
cairan dari vagina dengan warna, konsistensi dan bau yang abnormal
ü Demam
ü Perdarahan
menstruasi yang tidak teratur atau spotting (bercak-bercak kemerahan di
celana dalam
ü Kram
karena menstruasi
ü Nyeri
ketika melakukan hubungan seksual
ü Perdarahan
setelah melakukan hubungan seksual
ü Nyeri
punggung bagian bawah
ü Kelelahan
ü Nafsu
makan berkurang
ü Sering
berkemih
ü Nyeri
ketika berkemih
ü Tegang
nyeri adneksa unilateral dan bilateral
ü Tegang
nyeri pada pergerakan servik
ü
Temperature di atas 38oc.
ü
Pengeluaran cairan serviks atau vagina
abnormal.
ü
Peningkatan C reaktif protein.
ü
Pada pemeriksaan lendir serviks
dijumpai clamidia trachomatis atau neisseria
gonorhoe.
ü
Laju endap darah meningkat.
Bentuk-Bentuk
PID
1)
Endometritis
Endometritis adalah suatu peradangan pada
endometrim yang biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri pada jaringan .
Endometritis
paling sering ditemukan terutama:
1. Setelah
seksio sesarea
2. Partus
lama atau pecah ketuban yang lama.
Gejala-gejala: demam, lochia berbau, lochia
lama berdarah malahan metrorhagia, kalau radang tidak menjalar ke parametrium
atau perimetrium tidak nyeri.
Penatalaksanaan
pada endometritis :
a.
Pemberian antibiotic dan
drainase yang memadai
b.
Pemberian cairan intravena dan
elektrolit
c.
Penggantian darah
d.
Tirah, baring, dan analgesia
e.
Tindakan bedah
Endometritis Akut
Pada endometritis akut endometrium mengalami
endema dan hiperemi terutama terjadi pada post partum dan post abortus.
Penyebab :
a. Infeksi
gonorhe dan infeksi pada abortus dan partus.
b. Tindakan
yang dilakukan di dalam uterus seperti pemasangan IUD. Kuretase.
Gejala-gejala :
a. Demam
b. Lochia
berbau
c. Lochia
lama berdarah malahan metrorhagia.
d. Kalau
radang tidak menjalar ke parametrium atau perimetrium tidak nyeri.
Penatalaksanaan :
Dalam
pengobatan endometritis akut yang paling penting adalah berusaha mencegah agar
infeksi tidak menjalar. Adapun pengobatannya adalah :
a. Uterotonik
b. Istirahat
, letak fowler
c. Antibiotik
Endometritis Kronika
Endometritis
kronik tidak sering ditemukan. Pada pemeriksaan mikroskopis ditemukan banyak
sel-sel plasma dan limfosit.
Gejala-gejala klinis :
1. Leukorea
2. Kelainan
haid seperti menorhagia dan metrorhagia.
Metrorhagia adalah suatu keadaan
dimana siklus menstruasi terjadi lebih pendek dari normal atau kurang dari 21
hari yang merupakan batas minimal siklus normal.
Selain keempat problem di
atas, ada satu istilah yang kita kenal dengan sebutan PMS (Premenstrual
Syndrome), yaitu suatu kumpulan gejala yang terjadi sebelum menstruasi datang.
Gejala-gejala yang timbul bermacam-macam,
diantaranya :
- Jerawat
- Nyeri dan bengkak pada payudara
- Merasa lelah
- sulit tidur
- Gangguan pencernaan antara lain : perut kembung, diare, konstipasi
- sakit kepala, sakit di daerah punggung
- Nafsu makan bertambah
- Nyeri otot dan sendi
- Gangguan konsentrasi
- Berat badan cenderung meningkat karena adanya retensi cairan
- Emosi labil : menangis, perasaan sensitif dan mudah tersinggung
Penyebab
dari PMS belum diketahui secara pasti, namun diduga ada hubungannya dengan
perubahan hormon selama siklus menstruasi berlangsung. Hal ini diduga karena
perubahan hormon yang terjadi pada tiap wanita juga berbeda-beda. Stres dan
masalah emosional bukanlah penyebab PMS, tapi merupakan hal yang dapat
memperparah.
Berdasarkan
American College of Obstetricans and Gynecologist, sekitar 85 % dari wanita
yang menstruasi setidaknya pernah mengalami 1 gejala PMS dalam siklus
menstruasinya. Gejala PMS yang berat dikenal dengan istilah Premenstrual
Dysphoric Disorder (PMDD).
Pengobatannya tergantung pada penyebabnya
endometritis kronika ditemukan :
a. Pada
tuberculosis
b. Pada
sisa abortus atau partus yang tertinggal
c. Terdapat
corpus alineum di kavum uteri.
d. Pada
polip uterus dengan infeksi
e. Pada
tumor ganas uterus
f.
Pada salpingo ooforotis dan selulitis
pelvik.
2)
Myometritis
Biasanya tidak berdiri sendiri tetapi lanjutan
dari endometritis,maka gejala-gejala dan terapinya sama dengan endometritis.
3)
Parametrisis
( celulit pelvica )
Parametris yaitu radang dari jaringan longgar
di dalam ligamentum latum. Radang ini biasanya unilateral.
Gejala : suhu tinggi dengan demam menggigil, Nyeri
unilateral tanpa gejala rangsangan peritoneum, seperti muntah, defense. dll
Terapi :
antibiotik
4)
Salpingitis
akut
Paling sering disebabkan oleh gonococcus
, disamping itu oleh stephilococcus,streptococcus dan bactery tbc.
Gejala : demam tinggi dengan menggigil, nyeri
perut kanan kiri bawah terutama kalau ditekan, mual dan muntah ada gejala
abdomen akut karena terjadi rangsangan peritoneum, kadang-kadang ada tendensi
pada anus karena proses dekat pada rectum dan sigmoid.
Terapi : istirahat, antibiotik broad spectrum
dan corticosteroid dan usus harus kosong.
5)
Pelvioperitonitis
Biasanya terjadi sebagai lanjutan dari
salpingoophoritis. Kadan-kadang terjadi dari endometritis atau parametritis.
Etiologi : GO , sepsis (post partum dan post
abortus), appendicitis.
Dapat dibedakan menjadi 2 bentuk :
a. Bentuk
yang menimbulkan perlekatan-perlekatan tanpa pembentukan nanah.
b. Bentuk
dengan pembentukan nanah yang menimbulkan douglas abses.
PERSENTASE PID
Kemungkinan komplikasi dan sekuele yaitu:
penyakit radang panggul mengawali infertilitas faktor tuba, kehamilan ektopik
dan nyeri abdomen kroník dengan persentase yang tinggi. Bila diketahui adanya
kehamilan, risiko dari infeksi baru menurun karena obstmksi dari traktus
genital atas oleh kehamilan. Bahaya akan infeksi berikutnya akan menyebabkan
nyeri pada saat regangan oleh pembesaran uterus.2
Infertilitas akibat setelah PID akut pada
6%-60% kasus, menyebabkan lebih dari 100.00 Wanita setiap tahunnya menjadi infertil.
Sekuele berkembang pada satu dari 4 Wanita dengan PID akut. Sekitar 25% dari
pasien PID mengalami sekuele jangka panjang dan mempengaruhi infertilitas
sampai 20%. Wanita dengan riwayat PID memiliki 6-10 kali risiko lebih tinggi
untuk terjadinya kehamilan ektopik, sekitar 50% dari seluruh kehamilan ektopik
diduga akibat dari kerusakan tuba akibat dari PID, nyerì pelvis kronik berkembang pada 20%
Wanita dengan PID akut, nyeri pelvis kroník dan dyspareunia (90.000 kasus Ybaru
tiap tahun) berhubungan dengan PLD.3’4 Risiko dari obstruksi tuba tergantung
dari berat dan jumlah episode infeksi: setelah 1 episode PID: 11,4%, setelah 2
episode PID : 23,1% dan episode ke 3 PID : 54,3 %
Prevalensi pada Wanita: I-3%, merupa-kan penyebab
penyakit kandungan tersering untuk kunjungan darurat Wanita dengan usia 15-44
tahun. Usia yang menonjol: 16-25 tahun, 85% kasus ditemukan pada Wanita usia
subur yang aktif secara seksual. Tidak terdapat pola genetik. Terdapat
peningkatan insidens dalam 2-3 dekade akibat dari kebebasan Sosial,
pening-katan insiden patogen penularan seksual sepertiCrrachomatŕs dan lebih
meluasnya penggunaan metode kontrasepsi nonbarrier sepertí alat intra-uterin
(IUD).
PENGOBATAN
PID tanpa komplikasi bisa diobati dengan antibiotik dan penderita tidak perlu dirawat. Jika terjadi komplikasi atau penyebaran infeksi, maka penderita harus dirawat di rumah sakit. Antibiotik diberikan secara intravena (melalui pembuluh darah) lalu diberikan per-oral (melalui mulut).
PID tanpa komplikasi bisa diobati dengan antibiotik dan penderita tidak perlu dirawat. Jika terjadi komplikasi atau penyebaran infeksi, maka penderita harus dirawat di rumah sakit. Antibiotik diberikan secara intravena (melalui pembuluh darah) lalu diberikan per-oral (melalui mulut).
Jika tidak ada
respon terhadap pemberian antibiotik, mungkin perlu dilakukan pembedahan. Pasangan
seksual penderita sebaiknya juga menjalani pengobatan secara bersamaan dan
selama menjalani pengobatan jika melakukan hubungan seksual, pasangan penderita
sebaiknya menggunakan kondom.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar