Sabtu, 11 Januari 2014

Pelvic Inflamation Deseas



Pelvic Inflamation Desease (Penyakit Radang Panggul)

            DEFINISI
Penyakit Radang Panggul (Salpingitis, PID, Pelvic Inflammatory Disease) adalah suatu peradangan pada tuba falopii (saluran menghubungkan indung telur dengan rahim), ovarium maupun miometrium secara perkontiniutatum maupun secara hematogen ataupun sebagai akibat hubungan seksual.

                       
Peradangan tuba falopii terutama terjadi pada wanita yang secara seksual aktif.
Resiko terutama ditemukan pada wanita yang memakai IUD. Biasanya peradangan menyerang kedua tuba. Infeksi bisa menyebar ke rongga perut dan menyebabkan peritonitis.
Serangan penyakit PID yang parah atau yang berulang-ulang dapat menyebabkan luka/parut (scarring) pada jaringan organ reproduksi, penumpukan abses, dan kerusakan pada Tuba Falopi yang pada akhirnya menjadi penyebab ketidaksuburan pada wanita. Sekitar 20% wanita yang mengidap gejala penyakit PID berujung pada ketidaksuburan.
Penyakit PID juga secara signifikan telah meningkatkan resiko terjadinya Kehamilan Ektopik (Ectopic Pregnancy), yaitu janin berkembang atau diimplantasi bukan pada tempatnya di rahim tetapi di saluran Tuba Falopi. Tingkat keparahan dari infeksi (bukan pada jumlah banyaknya infeksi) menjadi resiko terbesar dari ketidaksuburan pada wanita.
PENYEBAB
Peradangan biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, dimana bakteri masuk melalui vagina dan bergerak ke rahim lalu ke tuba falopii.  90-95% kasus PID disebabkan oleh bakteri yang juga menyebabkan terjadinya penyakit menular seksual (misalnya klamidia, gonore, mikoplasma, stafilokokus, streptokokus). Infeksi ini jarang terjadi sebelum siklus menstruasi pertama, setelah menopause maupun selama kehamilan.

Penularan yang utama terjadi melalui hubungan seksual, tetapi bakteri juga bisa masuk ke dalam tubuh setelah prosedur kebidanan/kandungan (misalnya pemasangan IUD, persalinan, keguguran, aborsi dan biopsi endometrium).


Mekanisme Infeksi
Menjalar saat menstruasi , persalinan dan abortus, operasi ginekologi, disebabkan oleh bakteri. Gonorhoe, kuman-kuman lain streptococcus, aerob, maupun yang anaerob stapylococus, Chlamydia, mycoplasma, ureaplasma, virus, jamur, dan parasit.

Penyebab lainnya yang lebih jarang terjadi adalah:
·         Aktinomikosis (infeksi bakteri)
·         Skistosomiasis (infeksi parasit)
·          Tuberkulosis.
·          Penyuntikan zat warna pada pemeriksaan rontgen khusus.

Faktor resiko terjadinya PID:
Ø   Aktivitas seksual pada masa remaja
Ø   Berganti-ganti pasangan seksual
Ø   Pernah menderita PID
Ø  Pernah menderita penyakit menular seksual
Ø  Pemakaian alat kontrasepsi yang bukan penghalang.
Ø  Pemakaian IUD yang terlalu lama
Ø  Berbagai tindakan medis intra uterin

GEJALA

Gejala biasanya muncul segera setelah siklus menstruasi. Penderita merasakan nyeri pada perut bagian bawah yang semakin memburuk dan disertai oleh mual atau muntah. Biasanya infeksi akan menyumbat tuba falopii. Tuba yang tersumbat bisa membengkak dan terisi cairan. Sebagai akibatnya bisa terjadi nyeri menahun, perdarahan menstruasi yang tidak teratur dan kemandulan.

Infeksi bisa menyebar ke struktur di sekitarnya, menyebabkan terbentuknya jaringan parut dan perlengketan fibrosa yang abnormal diantara organ-organ perut serta menyebabkan nyeri menahun.

Di dalam tuba, ovarium maupun panggul bisa terbentuk abses (penimbunan nanah).
Jika abses pecah dan nanah masuk ke rongga panggul, gejalanya segera memburuk dan penderita bisa mengalami syok. Lebih jauh lagi bisa terjadi penyebaran infeksi ke dalam darah sehingga terjadi sepsis.

Gejala lainnya yang mungkin ditemukan pada PID:
ü  Keluar cairan dari vagina dengan warna, konsistensi dan bau yang abnormal
ü  Demam
ü  Perdarahan menstruasi yang tidak teratur atau spotting (bercak-bercak kemerahan di celana dalam
ü  Kram karena menstruasi 
ü  Nyeri ketika melakukan hubungan seksual
ü  Perdarahan setelah melakukan hubungan seksual
ü  Nyeri punggung bagian bawah
ü  Kelelahan
ü  Nafsu makan berkurang
ü  Sering berkemih
ü  Nyeri ketika berkemih
ü  Tegang nyeri adneksa unilateral dan bilateral
ü  Tegang nyeri pada pergerakan servik
ü    Temperature di atas 38oc.
ü    Pengeluaran cairan serviks atau vagina abnormal.
ü    Peningkatan C reaktif protein.
ü    Pada pemeriksaan lendir serviks dijumpai clamidia trachomatis atau neisseria gonorhoe.
ü    Laju endap darah meningkat.
Bentuk-Bentuk PID
1)      Endometritis
Endometritis adalah suatu peradangan pada endometrim yang biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri pada jaringan .

Endometritis paling sering ditemukan terutama:
1.      Setelah seksio sesarea
2.      Partus lama atau pecah ketuban yang lama.
Gejala-gejala: demam, lochia berbau, lochia lama berdarah malahan metrorhagia, kalau radang tidak menjalar ke parametrium atau perimetrium tidak nyeri.

Penatalaksanaan pada endometritis :
a.    Pemberian antibiotic dan drainase yang memadai
b.   Pemberian cairan intravena dan elektrolit
c.    Penggantian darah
d.   Tirah, baring, dan analgesia
e.   Tindakan bedah

Endometritis Akut
Pada endometritis akut endometrium mengalami endema dan hiperemi terutama terjadi pada post partum dan post abortus.

Penyebab :
a.      Infeksi gonorhe dan infeksi pada abortus dan partus.
b.      Tindakan yang dilakukan di dalam uterus seperti pemasangan IUD. Kuretase.

Gejala-gejala :
a.      Demam
b.      Lochia berbau
c.       Lochia lama berdarah malahan metrorhagia.
d.      Kalau radang tidak menjalar ke parametrium atau perimetrium tidak nyeri.

Penatalaksanaan :
Dalam pengobatan endometritis akut yang paling penting adalah berusaha mencegah agar infeksi tidak menjalar. Adapun pengobatannya adalah :
a.      Uterotonik
b.      Istirahat , letak fowler
c.       Antibiotik

      Endometritis Kronika
Endometritis kronik tidak sering ditemukan. Pada pemeriksaan mikroskopis ditemukan banyak sel-sel plasma dan limfosit.

Gejala-gejala klinis :
1.      Leukorea
2.      Kelainan haid seperti menorhagia dan metrorhagia.
Metrorhagia adalah suatu keadaan dimana siklus menstruasi terjadi lebih pendek dari normal atau kurang dari 21 hari yang merupakan batas minimal siklus normal.
Selain keempat problem di atas, ada satu istilah yang kita kenal dengan sebutan PMS (Premenstrual Syndrome), yaitu suatu kumpulan gejala yang terjadi sebelum menstruasi datang. Gejala-gejala yang timbul bermacam-macam,
diantaranya :
  • Jerawat
  • Nyeri dan bengkak pada payudara
  • Merasa lelah
  • sulit tidur
  • Gangguan pencernaan antara lain : perut kembung, diare, konstipasi
  • sakit kepala, sakit di daerah punggung
  • Nafsu makan bertambah
  • Nyeri otot dan sendi
  • Gangguan konsentrasi
  • Berat badan cenderung meningkat karena adanya retensi cairan
  • Emosi labil : menangis, perasaan sensitif dan mudah tersinggung
Penyebab dari PMS belum diketahui secara pasti, namun diduga ada hubungannya dengan perubahan hormon selama siklus menstruasi berlangsung. Hal ini diduga karena perubahan hormon yang terjadi pada tiap wanita juga berbeda-beda. Stres dan masalah emosional bukanlah penyebab PMS, tapi merupakan hal yang dapat memperparah.
Berdasarkan American College of Obstetricans and Gynecologist, sekitar 85 % dari wanita yang menstruasi setidaknya pernah mengalami 1 gejala PMS dalam siklus menstruasinya. Gejala PMS yang berat dikenal dengan istilah Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD).

Pengobatannya tergantung pada penyebabnya endometritis kronika ditemukan :
a.      Pada tuberculosis
b.      Pada sisa abortus atau partus yang tertinggal
c.       Terdapat corpus alineum di kavum uteri.
d.      Pada polip uterus dengan infeksi
e.      Pada tumor ganas uterus
f.        Pada salpingo ooforotis dan selulitis pelvik.

2)      Myometritis
Biasanya tidak berdiri sendiri tetapi lanjutan dari endometritis,maka gejala-gejala dan terapinya sama dengan endometritis.
3)      Parametrisis ( celulit pelvica )
Parametris yaitu radang dari jaringan longgar di dalam ligamentum latum. Radang ini biasanya unilateral.
Gejala      : suhu tinggi dengan demam menggigil, Nyeri unilateral tanpa gejala rangsangan peritoneum, seperti muntah, defense. dll
Terapi      : antibiotik

4)      Salpingitis akut
Paling sering disebabkan oleh gonococcus , disamping itu oleh stephilococcus,streptococcus dan bactery tbc.
Gejala : demam tinggi dengan menggigil, nyeri perut kanan kiri bawah terutama kalau ditekan, mual dan muntah ada gejala abdomen akut karena terjadi rangsangan peritoneum, kadang-kadang ada tendensi pada anus karena proses dekat pada rectum dan sigmoid.
Terapi : istirahat, antibiotik broad spectrum dan corticosteroid dan usus harus kosong.

5)      Pelvioperitonitis
Biasanya terjadi sebagai lanjutan dari salpingoophoritis. Kadan-kadang terjadi dari endometritis atau parametritis.
Etiologi : GO , sepsis (post partum dan post abortus), appendicitis.
Dapat dibedakan menjadi 2 bentuk :
a.      Bentuk yang menimbulkan perlekatan-perlekatan tanpa pembentukan nanah.
b.      Bentuk dengan pembentukan nanah yang menimbulkan douglas abses.
PERSENTASE PID
Kemungkinan komplikasi dan sekuele yaitu: penyakit radang panggul mengawali infertilitas faktor tuba, kehamilan ektopik dan nyeri abdomen kroník dengan persentase yang tinggi. Bila diketahui adanya kehamilan, risiko dari infeksi baru menurun karena obstmksi dari traktus genital atas oleh kehamilan. Bahaya akan infeksi berikutnya akan menyebabkan nyeri pada saat regangan oleh pembesaran uterus.2
Infertilitas akibat setelah PID akut pada 6%-60% kasus, menyebabkan lebih dari 100.00 Wanita setiap tahunnya menjadi infertil. Sekuele berkembang pada satu dari 4 Wanita dengan PID akut. Sekitar 25% dari pasien PID mengalami sekuele jangka panjang dan mempengaruhi infertilitas sampai 20%. Wanita dengan riwayat PID memiliki 6-10 kali risiko lebih tinggi untuk terjadinya kehamilan ektopik, sekitar 50% dari seluruh kehamilan ektopik diduga akibat dari kerusakan tuba akibat dari PID, nyerì pelvis kronik berkembang pada 20% Wanita dengan PID akut, nyeri pelvis kroník dan dyspareunia (90.000 kasus Ybaru tiap tahun) berhubungan dengan PLD.3’4 Risiko dari obstruksi tuba tergantung dari berat dan jumlah episode infeksi: setelah 1 episode PID: 11,4%, setelah 2 episode PID : 23,1% dan episode ke 3 PID : 54,3 %

Prevalensi pada Wanita: I-3%, merupa-kan penyebab penyakit kandungan tersering untuk kunjungan darurat Wanita dengan usia 15-44 tahun. Usia yang menonjol: 16-25 tahun, 85% kasus ditemukan pada Wanita usia subur yang aktif secara seksual. Tidak terdapat pola genetik. Terdapat peningkatan insidens dalam 2-3 dekade akibat dari kebebasan Sosial, pening-katan insiden patogen penularan seksual sepertiCrrachomatŕs dan lebih meluasnya penggunaan metode kontrasepsi nonbarrier sepertí alat intra-uterin (IUD).

PENGOBATAN
PID tanpa komplikasi bisa diobati dengan antibiotik dan penderita tidak perlu dirawat. Jika terjadi komplikasi atau penyebaran infeksi, maka penderita harus dirawat di rumah sakit.  Antibiotik diberikan secara intravena (melalui pembuluh darah) lalu diberikan per-oral (melalui mulut).
Jika tidak ada respon terhadap pemberian antibiotik, mungkin perlu dilakukan pembedahan. Pasangan seksual penderita sebaiknya juga menjalani pengobatan secara bersamaan dan selama menjalani pengobatan jika melakukan hubungan seksual, pasangan penderita sebaiknya menggunakan kondom.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar