2.1 Masalah Gizi Usia Dewasa
Usia dewasa dibagi 3 kelompok yaitu usia 19-29
tahun, 30-49 tahun dan 50-64 tahun. Usia 19-29 tahun disebut usia muda,
sedangkan usia 50-64 disebut dewasa setengah tua. Kebutuhan gizi pada usia
dewasa berubah sesuai kelompok usia tersebut. Peranan gizi pada usia dewasa
terutama adalah untuk mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan. Tujuan
utama kesehatan gizi pada usia dewasa adalah meningkatkan kesehatan secara
menyeluruh, mencegah penyakit, dan memperlambat proses menjadi tua.
Masalah gizi, baik kekurangan maupun
kelebihan gizi dapat terjadi pada semua kelompok usia. Kekurangan gizi secara
perlahan dapat berdampak terhadap kemampuan belajar, produktifitas kerja, dan
kemampuan ibu sewaktu melahirkan. Salah satu cara mengetahui apakah seseorang
kekurangan atau kelebihan gizi adalah melalui penilaian antropometri. Standar
antropometri untuk menilai status gizi orang dewasa adalah indeks massa tubuh
(IMT), berat badan menurut tinggi badan, dan lingkar lengan atas (LILA).
Masalah gizi pada usia dewasa di
Indonesia antara lain kekurangan energy kronis (KEK) dan anemia gizi besi (AGB)
khususnya pada wanita usia subur (WUS). Dengan terjadinya transisi demografi,
epidemiologi, dan perubahan gaya hidup terjadilah peningkatan gizi lebih dan
penyakit degenerative.
Penilainan KEK dan WUS dilakukan
dengan menggunakan indicator LILA < 23,5 cm. Hasil survey badan pusat
statistic (BPS) tahun 2000-2003 menunjukkan gambaran resiko KEK paling tinggi
pada WUS usia 20-24 ttahun yaitu antara 21,5-27,5% dan paling rendah pada WUS
usia 35-39 tahun yaitu antara 8,6-14%. Hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT)
tahun 2004 menunjukkan 19,7 % WUS mempunyai resiko KEK (Profil Kesehatan
Indonesia,2004). Menurut Riskesdas 2007 (Depkes 2008) angka nasional prevalensi
resiko KEK pada WUS adalah 13,6 % dengan angka tertinggi sebesar 24,6 % di NTT,
sementara yang terendah sebesar 5,8 % disulawesi Utara. Prevalensi resiko KEK
pada WUS sedikit lebih tinggi didaerah pedesaan dibandingkan dengan perkotaan,
masing-masing sebesar 14,1 % dan 13 % WUS dengan resiko KEK cenderung
melahirkan bayi dengan BBLR, yang dapat menghambat pertumbuhan selanjutnya
khusus nya pada masa balita.
Tingginya resiko KEK pada WUS di
Indonesia antara lain disebabkan rendahnya ketahanan pangan di tingkat rumah
tangga karena kemiskinan. Kemiskinan dan gizi-kurang merupakan fenomena yang
saling terkait. Hasil kajian pemantauan konsumsi makanan pada Riskesdas 2007
(Depkes RI, 2008) menunjukkan bahwa Rumah Tangga dengan asuapan energy rendah
adalah sebanyak 59%, sedangkan RT dengan asupan protein rendah sebanyak 58,5%.
RT dikategorikan kedalam asuapan energy dan protein rendah bila asupan energy
dan protein RT berada dibawah rata-rata nasional yaitu masing-masing sebanyak
1735,5 kkal dan 55,5 g per kapita per hari.
Anemia gizi besi merupakan masalah
gizi paling banyak pada WUS yang berlanjut pada masa kehamilan. Prevelensi
Anemia Gizi Besi tahun 2001 pada WUS adalah sebesar 27,9% sedangkan pada WUS
hamil sebanyak 40,1% (Depkes,2005). Untuk mengatasi anemia gizi besi,
Departemen Kesehatan RI melakukan program pemberian tablet besi kpada ibu hamil
dengan tujuan meminimalisasi dampak buruk akibat kekurangan zat besi tersebut.
Prevelensi anemia penduduk perkotaan (usia 14 tahun keatas) berdasarkan
Riskesdas 2007 (Depkes, 2008) adalah 19,7% pada perempuan dan 13,1% pada
laki-laki (acuan SK Menkes 89: kadar Hb < 12g/dl.
Selain masalah Anemia dan KEK atau
kurus (IMT > 18,5), masalah kegemukan (IMT > 25) dan obesitas (IMT >
27) juga dijumpai pada usia produktif dan dewasa setengah tua. Hal ini antara
lain terjadi sebagai dampak perubahan gaya hidup berkaitan dengan pola makan.
ü Pekerjaan.
Data terbaru dari kesehatan nasional dan
survey pengujian ilmu gizi (NHNES) menyatakan bahwa konsumsi energi wanita dari umur 11 sampai 51 tahun
bervariasai, dari kalori yang rendah (sekitar 1329) sampai kalori yang tinggi (1958 kalori).
Konsumsi makanan wanita perlu mempertimbangkan kadar lemak kurang dari 30 % dan tinggi kalsium
sekitar 800-1200 mg/ hari. Rata-rata RDA kebutuhan kalsium 1000 mg. selain
itu, wanita
juga harus memperhatikan unsur sodium, cara pengolahan makanan
dan para wanita
perlu membatasi makanan kaleng atau makanan
dalam kotak.
2.2
Masalah Gizi Ibu Hamil
Ada beberapa masalah gizi yang sering kita
ditemui pada ibu hamil yaitu :
1.
Mual
dan muntah setiap hari.
Pada awal
kehamilan ibu sering merasa mual dan ingin muntah. Separuh
dari ibu hamil mengalami mual dan muntah di kehamilan trimester pertama. Hal ini sering disebut juga dengan morning
sickness karena cendrung terjadi pada pagi hari walaupun dapat terjadi kapan
saja. Hal ini umumnya hanya dirasakan untuk jangka waktu pendek pada awal
kehamilan, namun bisa juga terjadi untuk waktu yang lebih lama.
Rasa mual dan
ingin muntah ini merupakan tanda pertama kehamilan. Hal ini mungkin disebabkan
oleh meningkatnya fungsi indra penciuman yang dirangsang oleh hormone-hormon
berkaitan dengan kehamilan yang terdapat didalam darah. Untuk mengatasinya, ibu
hamil hendaknya menghindari makanan yang dapat menimbulkan rasa mual seperti
makanan yang berlemak dan makanan yang terlalu berbumbu. Sebaiknya, konsumsilah
makanan tinggi karbohidrat yang mudah dicerna seperti biscuit dan kreker,
makanan segar seperti lalap sayur dan buah, serta makan dalam porsi kecil tapi
sering. Ibu hamil yang mengalami morning sickness juga sebaiknya menghindari
terlalu banyak minum pada pagi hari.
Separuh dari ibu hamil mengalami
mual dan muntah di kehamilan trimester pertama. Sebenarnya, hal ini jarang
menyebabkan masalah dan tidak akan menyebabkan bayi kurang gizi. Apalagi,
jika bumil mengatur pola makan dengan cara makan dalam jumlah sedikit
tapi sering, mengisi perut sebelum bepergian dan tidak mengonsumsi makanan
yang merangsang asam lambung, seperti yang berasa asam atau pedas.
Namun bumil perlu waspada bila
mual-muntah itu jadi sangat hebat (HiperemesisGravidarum ), sehingga
ia tidak dapat makan dan minum apapun. Bumil dapat kekurangan cairan dan gizi,
begitu juga dengan sang janinnya. Bila terjadi, bumil harus dirawat dirumah sakit untuk diberi
cairan infus dan obat-obatan.
2.
Ngidam
Ibu hamil sering
menginginkan atau menolak makanan tertentu, yang disebut juga sebagai ngidam
(food craving and aversion). Hal ini dianggap biasa, kemungkinan ada kaitannya
dengan perubahan hormonal yang menimbulkan kepekaan ibu hamil terhadap bau dan
rasa makanan.
3.
Anemia
Untuk memenuhi
kebutuhan janin, volume darah ibu meningkat hingga kurang lebih 150% dari normal
namun sel darah merah hanya meningkat sebesar 20-30%. Akibatnya, rasio sel
darah merah terhadap volume darah menurun. Pengenceran darah selama hamil ini
dikenal dengan anemia faali. Hal ini perlu diimbangi dengan konsumsii besi yang
cukup melalui makanan dan suplemen besi. Bila pada akhirnya kondisi ini
menimbulkan anemi gizi besi, ibu hamil perlu berkonsultasi dengan dokter
4.
Kenaikan
berat badan ideal selama hamil.
Tergantung dari berat badan ibu
sebelum hamil. Di hitung lewat rumus
indeks masa tubuh (IMT). Pada trimester I, berat badan (BB) diharapkan naik
kurang dari 2 kilogram. Pada trimester II dan III, sebaiknya kenaikan BB kurang
dari 1/2 kilogram setiap minggunya. Tambahan kalori yang dibutuhkan oleh
ibu hamil sepanjang kehamilan adalah 300 kalori per hari.
5.
Minum
susu khusus untuk ibu hamil.
Tidak harus. Susu biasa maupun
susu khusus ibu hamil sama-sama merupakan sumber protein dan sumber kalsium
yang baik untuk ibu hamil.
6.
Mendapatkan
protein dari seorang vegetarian.
Kehamilan tanpa mengonsumsi daging
sebetulnya aman-aman saja, jika diimbangi tambahan asupan protein sekitar
10 gram per hari. Sumber protein terbaik bagi para vegetarian adalah keju,
telur, susu, tahu, tempe dan kacang-kacangan. Katakan kepada dokter kandungan
bahwa seorang vegetarian (apalagi jika vegetarian murni), agar ia dapat
memberikan suplemen yang lengkap. Yang penting, jangan sampai janin kurang
protein karena tidak mengkonsumsi daging.
7.
Mengganti
suplemen zat besi dengan makanan yang mengandung zat besi.
Ibu hamil membutuhkan zat besi
sebesar 27-30 mg per hari untuk membentuk hemoglobin, yaitu komponen
pengangkut oksigen dalam sel darah merah untuk menyebarkan oksigen
ke seluruh sel tubuh. Jadi, zat besi sangat penting baik untuk ibu hamil
maupun janinnya yang sedang berkembang.
Jika suplemen zat besi membuat
bumil sembelit, maka dapat diganti dengan makanan yang kaya akan zat besi,
seperti daging sapi, ikan salmon dan tuna, sayur-sayuran bewarna hijau,
kacang merah dan sereal. Untuk membantu penyerapan zat besi, perlu asupan
makanan dan minuman yang banyak mengandung vitamin C. Jangan lupa, untuk
mengatasi sembelit, minum sedikitnya 8 gelas per hari.
8.
Selama
hamil tidak boleh makan sushi atau sashimi.
Isu kontaminasi merkuri yang dapat
menggugurkan janin atau merusak sistem saraf janin membuat banyak ibu
hamil menghindari ikan, terutama ikan mentah. Padahal, tidak ada
alasan untuk menghilangkan menu ikan selama hamil. Ikan adalah sumber
terbaik untuk protein dan asam lemak Omega-3. Kebutuhan protein ibu hamil adalah
sekitar 60 gram per hari yang dapat dipenuhi dari 3 porsi makanan sumber
protein hewani ditambah 3 porsi makanan sumber protein nabati dan 1 gelas susu.
Sejauh ini belum ada rekomendasi yang pasti berapa banyak ikan yang boleh
dikonsumsi oleh ibu hamil, tetapi jenis ikan tertentu yang kemungkinan
tinggi merkuri adalah tuna, king mackerel dan ikan pedang.
9.
Minum
kopi selama hamil.
Tak perlu 'memusuhi' kopi atau
minuman lain yang mengandung kafein. Hanya memang harus dikurangi
asupannya. Terlalu banyak mengonsumsi kafein dikhawatirkan
menyebabkan keguguran di trimester pertama. Beberapa penelitian
membuktikan akan terjadi peningkatan risiko abortus dan bayi lahir dengan
berat badan rendah pada wanita hamil yang mengonsumsi kopi lebih dari 150
mg/hari.
Selain itu kopi akan menyebabkan
eksresi kalsium meningkat, padahal ibu hamil sangat membutuhkan kalsium
untuk pertumbuhan janinnya.Wanita hamil disarankan untuk membatasi minum kopi
tidak lebih dari 300 mg/hari. Sebagai gambaran, 1 cangkir kopi sering
mengandung 200 mg kafein, dan 1 cangkir teh mengandung 100 mg kafein. Jika Anda
tidak dapat lepas dari kopi siasati dengan menambah susu atau minum
kopi dekafein.
10. Makan dan minum yang manis-manis,
menyebabkan diabetes gestasional.
Memang tidak langsung sebagai
penyebab diabetes gestasional atau diabetes yang muncul selama hamil, tapi
dapat menyebabkan obesitas yang bisa menyebabkan timbulnya
penyakit diabetes di kemudian hari. Gula akan membuat pankreas, yaitu
organ yang mengatur gula darah, bekerja lebih keras dan akhirnya tidak bisa
mengeluarkan insulin. Sebaiknya memang hindari terlalu banyak pemakaian gula
pada makanan dan minuman.
11. Pemanis buatan berbahaya.
Makanan berpemanis buatan aspartam
aman dikonsumsi. Aspartam mengandung asam amino yang merupakan protein. Namun
belum ada penelitian jangka panjang mengenai keamanan pemanis ini. Pemanis
non-kalori lain seperti sorbitol dan mannitol juga aman. Namun makanan
mengandung sakarin dan siklamat perlu dijauhi karena diduga bisa
menimbulkan kanker dan cacat bawaan janin. Sucralose (splenda)
merupakan pemanis rendah kalori yang diekstrak dari molekul gula dan
dianggap lebih aman untuk dikonsumsi.
12. Mengonsumsi makanan berpengawet seperti
sosis atau makanan kaleng (kornet, tuna).
Selain mengandung MSG, dalam
makanan kemasan biasanya juga ditambahkan berbagai kandungan bahan
tambahan kimia lain, termasuk pengawet. Tidak ada rekomendasi pasti berapa
banyak makanan ini boleh dikonsumsi, karena efek pengawet maupun MSG masih
kontroversi. Kalau memang khawatir, sebaiknya kurangi atau hindari makanan
berpengawet dan makanan kemasan. Lebih baik konsumsi makanan segar yang diolah
dengan baik.
13. Beberapa jenis keju tidak boleh
dikonsumsi ibu hamil.
Keju lunak (feta, brie) atau keju
yang dibuat dari susu yang tidak dipasteurisasi tidak dianjurkan dikonsumsi
wanita hamil karena mengandung bakteri salmonella serta bakteri listeria yang
beresiko menyebabkan bayi lahir prematur. Lebih baik, konsumsi keju masak
seperti keju
2.3 Masalah Gizi Ibu Menyusui
Sebagian
besar bayi secara naluri dapat memasukkan puting susu ke dalam mulutnya dan
mengisapnya. Sebagian lain baru akan bereaksi bila ia diarahkan, dengan cara
menggelitik lembut bibir atasnya dengan puting susu sehingga ia membuka
mulutnya sedemikian rupa hingga penampung puting susu dan sebagian besar
aerola.
Ada bayi
yang membutuhkan waktu untuk belajar cara menggerakkan bibir dan lidah yang
benar dalam menyusui. Bila ada kesukaran, hendaknya ibu meminta bantuan petugas
kesehatan. Tanda-tanda menyusui yang benar adalah mulut bayi terbuka lebar
dengan puting susu dan sebagian besar aerola berada di dalam mulut bayi, bibir
mengarah keluar, dan lidah berada di atas gusi bawah. Hendaknya ada gerakan
rahang yang mengisap dengan irama teratur dan terdengar ia menelan.
Jika bayi
oleh suatu sebab tidak dapat menyusu dari payudara, cara terbaik untuk
memberikan ASI adalah dengan menggunakan cangkir kecil. Hal ini mungkin
diperlukan untuk bayi dengan BBLR atau premature atau bayi yang harus
dipisahkan dari ibu karena alasan
tertentu . Cangkir lebih mudah dibersihkan daripada botol.Bayi dapat belajar meminum
ASI dari pinggir cangkir perilaku ini tidak akan mengganggu reflek mengisap
pada waktu bayi sudah siap untuk menyusu. Dot karet tidak dapat mengikuti
bentuk mulut bayi seperti puting susu ibu, namun bayi dapat terbiasa mengisap
dot sehingga bila ia sudah dapat menyusu secara langsung dari payudara maka
cara bayi menyusu pada payudara akan
membuat ibu kesakitan. Cara mengisap dot ini juga kurang efektif untuk
mengeluarkan ASI.
Agar proses
menyusui dari awal bisa berhasil dengan baik, sebaiknya bayi tidur di kamar
yang sama dengan ibu. Disebagian besar Rumah Sakit atau klinik bersalin di
Indonesia hingga saat ini bayi masih dipisahkan dari Ibu. Bayi di bawa ke Ibu
hanya waktu akan menyusui.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar