Sabtu, 11 Januari 2014

Masalah Gizi



2.1 Masalah Gizi Usia Dewasa
            Usia dewasa dibagi 3 kelompok yaitu usia 19-29 tahun, 30-49 tahun dan 50-64 tahun. Usia 19-29 tahun disebut usia muda, sedangkan usia 50-64 disebut dewasa setengah tua. Kebutuhan gizi pada usia dewasa berubah sesuai kelompok usia tersebut. Peranan gizi pada usia dewasa terutama adalah untuk mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan. Tujuan utama kesehatan gizi pada usia dewasa adalah meningkatkan kesehatan secara menyeluruh, mencegah penyakit, dan memperlambat proses menjadi tua.

            Masalah gizi, baik kekurangan maupun kelebihan gizi dapat terjadi pada semua kelompok usia. Kekurangan gizi secara perlahan dapat berdampak terhadap kemampuan belajar, produktifitas kerja, dan kemampuan ibu sewaktu melahirkan. Salah satu cara mengetahui apakah seseorang kekurangan atau kelebihan gizi adalah melalui penilaian antropometri. Standar antropometri untuk menilai status gizi orang dewasa adalah indeks massa tubuh (IMT), berat badan menurut tinggi badan, dan lingkar lengan atas (LILA).
            Masalah gizi pada usia dewasa di Indonesia antara lain kekurangan energy kronis (KEK) dan anemia gizi besi (AGB) khususnya pada wanita usia subur (WUS). Dengan terjadinya transisi demografi, epidemiologi, dan perubahan gaya hidup terjadilah peningkatan gizi lebih dan penyakit degenerative.
            Penilainan KEK dan WUS dilakukan dengan menggunakan indicator LILA < 23,5 cm. Hasil survey badan pusat statistic (BPS) tahun 2000-2003 menunjukkan gambaran resiko KEK paling tinggi pada WUS usia 20-24 ttahun yaitu antara 21,5-27,5% dan paling rendah pada WUS usia 35-39 tahun yaitu antara 8,6-14%. Hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 2004 menunjukkan 19,7 % WUS mempunyai resiko KEK (Profil Kesehatan Indonesia,2004). Menurut Riskesdas 2007 (Depkes 2008) angka nasional prevalensi resiko KEK pada WUS adalah 13,6 % dengan angka tertinggi sebesar 24,6 % di NTT, sementara yang terendah sebesar 5,8 % disulawesi Utara. Prevalensi resiko KEK pada WUS sedikit lebih tinggi didaerah pedesaan dibandingkan dengan perkotaan, masing-masing sebesar 14,1 % dan 13 % WUS dengan resiko KEK cenderung melahirkan bayi dengan BBLR, yang dapat menghambat pertumbuhan selanjutnya khusus nya pada masa balita.
            Tingginya resiko KEK pada WUS di Indonesia antara lain disebabkan rendahnya ketahanan pangan di tingkat rumah tangga karena kemiskinan. Kemiskinan dan gizi-kurang merupakan fenomena yang saling terkait. Hasil kajian pemantauan konsumsi makanan pada Riskesdas 2007 (Depkes RI, 2008) menunjukkan bahwa Rumah Tangga dengan asuapan energy rendah adalah sebanyak 59%, sedangkan RT dengan asupan protein rendah sebanyak 58,5%. RT dikategorikan kedalam asuapan energy dan protein rendah bila asupan energy dan protein RT berada dibawah rata-rata nasional yaitu masing-masing sebanyak 1735,5 kkal dan 55,5 g per kapita per hari.
            Anemia gizi besi merupakan masalah gizi paling banyak pada WUS yang berlanjut pada masa kehamilan. Prevelensi Anemia Gizi Besi tahun 2001 pada WUS adalah sebesar 27,9% sedangkan pada WUS hamil sebanyak 40,1% (Depkes,2005). Untuk mengatasi anemia gizi besi, Departemen Kesehatan RI melakukan program pemberian tablet besi kpada ibu hamil dengan tujuan meminimalisasi dampak buruk akibat kekurangan zat besi tersebut. Prevelensi anemia penduduk perkotaan (usia 14 tahun keatas) berdasarkan Riskesdas 2007 (Depkes, 2008) adalah 19,7% pada perempuan dan 13,1% pada laki-laki (acuan SK Menkes 89: kadar Hb < 12g/dl.
            Selain masalah Anemia dan KEK atau kurus (IMT > 18,5), masalah kegemukan (IMT > 25) dan obesitas (IMT > 27) juga dijumpai pada usia produktif dan dewasa setengah tua. Hal ini antara lain terjadi sebagai dampak perubahan gaya hidup berkaitan dengan pola makan.
Adapun faktor yang mempengaruhi gizi pada remaja dan dewasa yaitu :
ü  Kemampuan keluarga untuk membeli makanan atau pengetahuan tentang zat gizi.
ü  Pekerjaan.
Data terbaru dari kesehatan nasional dan survey pengujian ilmu gizi (NHNES) menyatakan bahwa konsumsi energi wanita dari umur 11 sampai 51 tahun bervariasai, dari kalori yang rendah (sekitar 1329) sampai kalori yang tinggi (1958 kalori).
Konsumsi makanan wanita perlu mempertimbangkan kadar lemak kurang dari 30 % dan tinggi kalsium sekitar 800-1200 mg/ hari. Rata-rata RDA kebutuhan kalsium 1000 mg. selain itu, wanita juga harus memperhatikan unsur sodium, cara pengolahan makanan dan para wanita perlu membatasi makanan kaleng atau makanan dalam kotak.
2.2 Masalah Gizi Ibu Hamil
            Ada beberapa masalah gizi yang sering kita ditemui pada ibu hamil yaitu :
1.      Mual dan muntah setiap hari.
Pada awal kehamilan ibu sering merasa mual dan ingin muntah. Separuh dari ibu hamil mengalami mual dan muntah di kehamilan trimester pertama. Hal ini sering disebut juga dengan morning sickness karena cendrung terjadi pada pagi hari walaupun dapat terjadi kapan saja. Hal ini umumnya hanya dirasakan untuk jangka waktu pendek pada awal kehamilan, namun bisa juga terjadi untuk waktu yang lebih lama.
Rasa mual dan ingin muntah ini merupakan tanda pertama kehamilan. Hal ini mungkin disebabkan oleh meningkatnya fungsi indra penciuman yang dirangsang oleh hormone-hormon berkaitan dengan kehamilan yang terdapat didalam darah. Untuk mengatasinya, ibu hamil hendaknya menghindari makanan yang dapat menimbulkan rasa mual seperti makanan yang berlemak dan makanan yang terlalu berbumbu. Sebaiknya, konsumsilah makanan tinggi karbohidrat yang mudah dicerna seperti biscuit dan kreker, makanan segar seperti lalap sayur dan buah, serta makan dalam porsi kecil tapi sering. Ibu hamil yang mengalami morning sickness juga sebaiknya menghindari terlalu banyak minum pada pagi hari.
Separuh dari ibu hamil mengalami mual dan muntah di kehamilan trimester pertama. Sebenarnya, hal ini jarang menyebabkan masalah dan tidak akan menyebabkan bayi kurang gizi. Apalagi, jika bumil mengatur pola makan dengan cara makan dalam jumlah sedikit tapi sering, mengisi perut sebelum bepergian dan tidak mengonsumsi makanan yang merangsang asam lambung, seperti yang berasa asam atau pedas.
Namun bumil perlu waspada bila mual-muntah itu jadi sangat hebat (HiperemesisGravidarum ), sehingga ia tidak dapat makan dan minum apapun. Bumil dapat kekurangan cairan dan gizi, begitu juga dengan sang janinnya. Bila terjadi, bumil  harus dirawat dirumah sakit untuk diberi cairan infus dan obat-obatan.

2.      Ngidam
Ibu hamil sering menginginkan atau menolak makanan tertentu, yang disebut juga sebagai ngidam (food craving and aversion). Hal ini dianggap biasa, kemungkinan ada kaitannya dengan perubahan hormonal yang menimbulkan kepekaan ibu hamil terhadap bau dan rasa makanan.

3.      Anemia
Untuk memenuhi kebutuhan janin, volume darah ibu meningkat hingga kurang lebih 150% dari normal namun sel darah merah hanya meningkat sebesar 20-30%. Akibatnya, rasio sel darah merah terhadap volume darah menurun. Pengenceran darah selama hamil ini dikenal dengan anemia faali. Hal ini perlu diimbangi dengan konsumsii besi yang cukup melalui makanan dan suplemen besi. Bila pada akhirnya kondisi ini menimbulkan anemi gizi besi, ibu hamil perlu berkonsultasi dengan dokter

4.      Kenaikan berat badan ideal selama hamil.
Tergantung dari berat badan ibu sebelum hamil. Di hitung  lewat rumus indeks masa tubuh (IMT). Pada trimester I, berat badan (BB) diharapkan naik kurang dari 2 kilogram. Pada trimester II dan III, sebaiknya kenaikan BB kurang dari 1/2 kilogram setiap minggunya. Tambahan kalori yang dibutuhkan oleh ibu hamil sepanjang kehamilan adalah 300 kalori per hari.


5.      Minum susu khusus untuk ibu hamil.
Tidak harus. Susu biasa maupun susu khusus ibu hamil sama-sama merupakan sumber protein dan sumber kalsium yang baik untuk ibu hamil.

6.      Mendapatkan protein dari seorang vegetarian.
Kehamilan tanpa mengonsumsi daging sebetulnya aman-aman saja, jika diimbangi tambahan asupan protein sekitar 10 gram per hari. Sumber protein terbaik bagi para vegetarian adalah keju, telur, susu, tahu, tempe dan kacang-kacangan. Katakan kepada dokter kandungan bahwa seorang vegetarian (apalagi jika vegetarian murni), agar ia dapat memberikan suplemen yang lengkap. Yang penting, jangan sampai janin kurang protein karena tidak mengkonsumsi daging.

7.      Mengganti suplemen zat besi dengan makanan yang mengandung zat besi.
Ibu hamil membutuhkan zat besi sebesar 27-30 mg per hari untuk membentuk hemoglobin, yaitu komponen pengangkut oksigen dalam sel darah merah untuk menyebarkan oksigen ke seluruh sel tubuh. Jadi, zat besi sangat penting baik untuk ibu hamil maupun janinnya yang sedang berkembang.
Jika suplemen zat besi membuat bumil sembelit, maka dapat diganti dengan makanan yang kaya akan zat besi, seperti daging sapi, ikan salmon dan tuna, sayur-sayuran bewarna hijau, kacang merah dan sereal. Untuk membantu penyerapan zat besi, perlu asupan makanan dan minuman yang banyak mengandung vitamin C. Jangan lupa, untuk mengatasi sembelit, minum sedikitnya 8 gelas per hari.

8.      Selama hamil tidak boleh makan sushi atau sashimi.
Isu kontaminasi merkuri yang dapat menggugurkan janin atau merusak sistem saraf janin membuat banyak ibu hamil menghindari ikan, terutama ikan mentah. Padahal, tidak ada alasan untuk menghilangkan menu ikan selama hamil. Ikan adalah sumber terbaik untuk protein dan asam lemak Omega-3. Kebutuhan protein ibu hamil adalah sekitar 60 gram per hari yang dapat dipenuhi dari 3 porsi makanan sumber protein hewani ditambah 3 porsi makanan sumber protein nabati dan 1 gelas susu. Sejauh ini belum ada rekomendasi yang pasti berapa banyak ikan yang boleh dikonsumsi oleh ibu hamil, tetapi jenis ikan tertentu yang kemungkinan tinggi merkuri adalah tuna, king mackerel dan ikan pedang.

9.      Minum kopi selama hamil.
Tak perlu 'memusuhi' kopi atau minuman lain yang mengandung kafein. Hanya memang harus dikurangi asupannya. Terlalu banyak mengonsumsi kafein dikhawatirkan menyebabkan keguguran di trimester pertama. Beberapa penelitian membuktikan akan terjadi peningkatan risiko abortus dan bayi lahir dengan berat badan rendah pada wanita hamil yang mengonsumsi kopi lebih dari 150 mg/hari.
Selain itu kopi akan menyebabkan eksresi kalsium meningkat, padahal ibu hamil sangat membutuhkan kalsium untuk pertumbuhan janinnya.Wanita hamil disarankan untuk membatasi minum kopi tidak lebih dari 300 mg/hari. Sebagai gambaran, 1 cangkir kopi sering mengandung 200 mg kafein, dan 1 cangkir teh mengandung 100 mg kafein. Jika Anda tidak dapat lepas dari kopi siasati dengan menambah susu atau  minum kopi dekafein.

10.  Makan dan minum yang manis-manis, menyebabkan diabetes gestasional.
Memang tidak langsung sebagai penyebab diabetes gestasional atau diabetes yang muncul selama hamil, tapi dapat menyebabkan obesitas yang bisa menyebabkan timbulnya penyakit diabetes di kemudian hari. Gula akan membuat pankreas, yaitu organ yang mengatur gula darah, bekerja lebih keras dan akhirnya tidak bisa mengeluarkan insulin. Sebaiknya memang hindari terlalu banyak pemakaian gula pada makanan dan minuman.




11.  Pemanis buatan berbahaya.
Makanan berpemanis buatan aspartam aman dikonsumsi. Aspartam mengandung asam amino yang merupakan protein. Namun belum ada penelitian jangka panjang mengenai keamanan pemanis ini. Pemanis non-kalori lain seperti sorbitol dan mannitol juga aman. Namun makanan mengandung sakarin dan siklamat perlu dijauhi karena diduga bisa menimbulkan kanker dan cacat bawaan janin. Sucralose (splenda) merupakan pemanis rendah kalori yang diekstrak dari molekul gula dan dianggap lebih aman untuk dikonsumsi.

12.  Mengonsumsi makanan berpengawet seperti sosis atau makanan kaleng (kornet, tuna).
Selain mengandung MSG, dalam makanan kemasan biasanya juga ditambahkan berbagai kandungan bahan tambahan kimia lain, termasuk pengawet. Tidak ada rekomendasi pasti berapa banyak makanan ini boleh dikonsumsi, karena efek pengawet maupun MSG masih kontroversi. Kalau memang khawatir, sebaiknya kurangi atau hindari makanan berpengawet dan makanan kemasan. Lebih baik konsumsi makanan segar yang diolah dengan baik.

13.  Beberapa jenis keju tidak boleh dikonsumsi ibu hamil.
Keju lunak (feta, brie) atau keju yang dibuat dari susu yang tidak dipasteurisasi tidak dianjurkan dikonsumsi wanita hamil karena mengandung bakteri salmonella serta bakteri listeria yang beresiko menyebabkan bayi lahir prematur. Lebih baik, konsumsi keju masak seperti keju
2.3 Masalah Gizi Ibu Menyusui
Sebagian besar bayi secara naluri dapat memasukkan puting susu ke dalam mulutnya dan mengisapnya. Sebagian lain baru akan bereaksi bila ia diarahkan, dengan cara menggelitik lembut bibir atasnya dengan puting susu sehingga ia membuka mulutnya sedemikian rupa hingga penampung puting susu dan sebagian besar aerola.
Ada bayi yang membutuhkan waktu untuk belajar cara menggerakkan bibir dan lidah yang benar dalam menyusui. Bila ada kesukaran, hendaknya ibu meminta bantuan petugas kesehatan. Tanda-tanda menyusui yang benar adalah mulut bayi terbuka lebar dengan puting susu dan sebagian besar aerola berada di dalam mulut bayi, bibir mengarah keluar, dan lidah berada di atas gusi bawah. Hendaknya ada gerakan rahang yang mengisap dengan irama teratur dan terdengar ia menelan.
Jika bayi oleh suatu sebab tidak dapat menyusu dari payudara, cara terbaik untuk memberikan ASI adalah dengan menggunakan cangkir kecil. Hal ini mungkin diperlukan untuk bayi dengan BBLR atau premature atau bayi yang harus dipisahkan dari  ibu karena alasan tertentu . Cangkir lebih mudah dibersihkan daripada botol.Bayi dapat belajar meminum ASI dari pinggir cangkir perilaku ini tidak akan mengganggu reflek mengisap pada waktu bayi sudah siap untuk menyusu. Dot karet tidak dapat mengikuti bentuk mulut bayi seperti puting susu ibu, namun bayi dapat terbiasa mengisap dot sehingga bila ia sudah dapat menyusu secara langsung dari payudara maka cara bayi  menyusu pada payudara akan membuat ibu kesakitan. Cara mengisap dot ini juga kurang efektif untuk mengeluarkan ASI.
Agar proses menyusui dari awal bisa berhasil dengan baik, sebaiknya bayi tidur di kamar yang sama dengan ibu. Disebagian besar Rumah Sakit atau klinik bersalin di Indonesia hingga saat ini bayi masih dipisahkan dari Ibu. Bayi di bawa ke Ibu hanya waktu akan menyusui.
Dampak dari kekurangan gizi pada ibu menyusui menimbulkan gangguan kesehatan pada ibu dan bayinya. Gangguan pada bayi meliputi proses tumbang anak, bayi mudah sakit, mudah terkena infeksi. Kekurangan zat-zat esensial menimbulkan gangguan pada mata ataupun tulang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar